Selasa, 19 Januari 2010

SULITKAH MENJADI REMAJA MUSLIM YANG BAIK?

Menjalani kehidupan sebagai seorang remaja Indonesia yang dikenal dengan adat istiadat ketimuran yang penuh dengan tata krama dan akhlak yang tinggi, di saat-saat seperti ini tentulah tidak mudah. Dimana sebagian besar remaja lebih senang mengadopsi budaya barat yang kata orang lebih modern.

Benarkah pengertian modern berarti sebuah perilaku yang bebas dan tidak mengenal batas-batas pergaulan dan tata krama?

Agama mayoritas penduduk di Indonesia adalah Islam. Dan di dalam agama Islam ini sangat banyak peraturan yang tertulis didalam kitab suci Al Quran maupun didalam Al Hadits, sumber hokum agama ini. Terutama peraturan tentang batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

Lihat saja di QS An Nisa ayat 30 tentang siapa saja yang boleh melihat bagian tubuh seorang perempuan yang sudah mendapat haid (baligh) yang lebih dikenal dengan istilah aurat. Di dalam hadits diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menegur putri Abu Bakar sahabatnya yang sudah baligh ketika menemui Nabi dengan menggunakan pakaian yang tipis. Lantas Nabi memerintahkan bahwa bagian tubuh wanita yang sudah baligh yang boleh terlihat adalah wajah dan telapak tangan. Riwayat yang lainnya juga menggambarkan bahwa telapak tangan disini termasuk punggung tangan.

Apapun lah penjelasan dari berbagai Hadits Nabi tersebut, terlihat bahwa tidak ada satu pun ajaran Islam yang memperbolehkan seorang wanita baligh memakai pakaian yang tidak menutup aurat mereka.

Mengingat mode pakaian jaman sekarang yang buka-buka an seperti ini, tentu saja hal ini jauh sekali dengan yang diharapkan oleh Nabi akhir zaman itu. Lantas apabila orang yang mengaku beragama Islam tetapi tidak dapat mentaati peraturan yang diberikan oleh agama itu, masih pantaskah disebut sebagai pemeluk agama tersebut?

Bila kita belajar di sebuah sekolah, otomatis kita menjadi murid dari sekolah tersebut. Sebagai murid, kita harus tunduk dan patuh pada aturan-aturan sekolah yang ada. Apabila sebagai murid kita tidak dapat mentaati peraturan, maka pihak sekolah akan mengeluarkan kita sebagai murid dari sekolahnya.

Kalau kita menganggap bahwa agama yang kita peluk ini sebagai suatu sekolah yang lengkap dengan peraturan-peraturannya, maka rasanya sudah menjadi kewajiban kita untuk tunduk dan patuh terhadap ajaran-ajaran agama apabila kita masih ingin dianggap sebagai ‘murid’ dalam hal ini pemeluk dari agama tersebut.
Bukankah itu sebuah konsekwensi yang wajar?

Namun fenomena yang terdapat saat ini di Indonesia yang mengaku sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, hal semacam ini tidak kita lihat. Terlalu banyak orang yang mengaku sebagai pemeluknya tidak mengindahkan peraturan agama ini. Ironis bukan?

Terlebih di masa remaja yang merupakan masa mencari identitas diri. Sangat sulit bagi remaja Indonesia untuk bersikap sebagai remaja muslim yang baik mengingat tidak banyaknya contoh yang sesuai dengan kriteria dalam Al Quran dan Al Hadits. Minimal dalam segi berpakaian. Berapa banyak remaja negeri ini yang menjadi public figure dan beragama Islam menjalankan ajarannya dengan benar ?

Padahal para public figure tersebut memiliki kewajiban moral yang sangat besar terhadap perubahan moral dan akhlak para remaja yang menjadi pengagumnya. Apakah para pubic figure tersebut sadar tentang tanggung jawab seperti ini? Dan apakah kalau perbuatan mereka yang jauh dari ajaran agama kemudian diikuti oleh orang lain itu dapat menyebabkan mereka mendapat dosa di sisi Allah? Wallahualam.

Mestinya para remaja Indonesia yang beragama Islam tetap menjadikan Rasullullah SAW tetap sebagai panutan dan public figure yang utama. Tolok ukurnya harus tetap mengacu kepada perilaku Nabi akhir zaman itu. Persaksian kepada Nabi yang menjadi salah satu rukun Islam seharusnya memiliki konsekwensi yaitu ketaaatan dan kepatuhan terhadap ajaran Nabinya.

Jadi sulitkah menjadi remaja Islam yang baik di negeri ini?

Jawabnya sangat tergantung kepada masing-masing kepahaman agama remaja itu sendiri. Pendidika agama baik secara formal maupun non formal harus selalu diberikan secara simultan dan berkesinambungan. Tidak hanya taat ketika berada dilingkungan tempat ibadah atau saat sekolah agama, namun juga tetap taat ketika berada di luar lingkungan tersebut. Di rumah, si sekolah, di tempat hiburan, di tempat bermain, dimana saja harus selalu mengingat ajaran Nabinya.

Tidak sulit kan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar